Akibat Memakan Harta Riba
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٍ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.
Kaum muslimin seiman dan seaqidah
Tepatnya ketika Allah Subhannahu wa Ta'ala memberikan mukjizat kepada hamba dan kekasihNya, Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berupa Isra’ Mi’raj, pada saat itu pula Allah Ta'ala perlihatkan berbagai kejadian kepada beliau yang kelak akan memimpin jaga raya ini. Di antaranya Rasulullah n melihat adanya beberapa orang yang tengah disiksa di Neraka, perut mereka besar bagaikan rumah yang sebelumnya tidak pernah disaksikan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Kemudian Allah Ta’ala tempatkan orang-orang tersebut di sebuah jalan yang tengah dilalui kaumnya Fir’aun yang mereka adalah golongan paling berat menerima siksa dan adzab Allah di hari Kiamat. Para pengikut Fir’aun ini melintasi orang-orang yang sedang disiksa api dalam Neraka tadi. Melintas bagaikan kumpulan onta yang sangat kehausan, menginjak orang-orang tersebut yang tidak mampu bergerak dan pindah dari tempatnya disebabkan perutnya yang sangat besar seperti rumah. Akhirnya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bertanya kepada malaikat Jibril yang menyertainya, “Wahai Jibril, siapakah orang-orang yang diinjak-injak tadi?” Jibril menjawab, “Mereka itulah orang-orang yang makan harta riba.” (lihat Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 2/252).
Tepatnya ketika Allah Subhannahu wa Ta'ala memberikan mukjizat kepada hamba dan kekasihNya, Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam berupa Isra’ Mi’raj, pada saat itu pula Allah Ta'ala perlihatkan berbagai kejadian kepada beliau yang kelak akan memimpin jaga raya ini. Di antaranya Rasulullah n melihat adanya beberapa orang yang tengah disiksa di Neraka, perut mereka besar bagaikan rumah yang sebelumnya tidak pernah disaksikan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Kemudian Allah Ta’ala tempatkan orang-orang tersebut di sebuah jalan yang tengah dilalui kaumnya Fir’aun yang mereka adalah golongan paling berat menerima siksa dan adzab Allah di hari Kiamat. Para pengikut Fir’aun ini melintasi orang-orang yang sedang disiksa api dalam Neraka tadi. Melintas bagaikan kumpulan onta yang sangat kehausan, menginjak orang-orang tersebut yang tidak mampu bergerak dan pindah dari tempatnya disebabkan perutnya yang sangat besar seperti rumah. Akhirnya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bertanya kepada malaikat Jibril yang menyertainya, “Wahai Jibril, siapakah orang-orang yang diinjak-injak tadi?” Jibril menjawab, “Mereka itulah orang-orang yang makan harta riba.” (lihat Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 2/252).
Dalam syariat Islam, riba diartikan dengan bertambahnya harta pokok tanpa adanya transaksi jual beli sehingga menjadikan hartanya itu bertambah dan berkembang dengan sistem riba. Maka setiap pinjaman yang diganti atau dibayar dengan nilai yang harganya lebih besar, atau dengan barang yang dipinjamkannya itu menjadikan keuntungan seseorang bertambah dan terus mengalir, maka perbuatan ini adalah riba yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya Shalallaahu alaihi wasalam, dan telah menjadi ijma’ kaum muslimin atas keharamannya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Allah menghilangkan berkah riba dan menyuburkan shadaqah, dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa”. (QS. Al-Baqarah: 270).
“Allah menghilangkan berkah riba dan menyuburkan shadaqah, dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa”. (QS. Al-Baqarah: 270).
Barang-barang haram yang tiada terhitung banyaknya sampai menyusahkan dan memberatkan mereka ketika harus cepat-cepat berjalan pada hari Pembalasan. Setiap kali akan bangkit berdiri, mereka jatuh kembali, padahal mereka ingin berjalan bergegas-gegas bersama kumpulan manusia lainnya namun tiada sanggup melakukannya akibat maksiat dan perbuatan dosa yang mereka pikul.
Maha Besar Allah yang telah berfirman:
“Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat): Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah: 275).
“Orang-orang yang memakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri kecuali seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat): Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah: 275).
Dalam menafsirkan ayat ini, sahabat Ibnu “Abbas Radhiallaahu anhu berkata:
“Orang yang memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila lagi tercekik”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/40).
Imam Qatadah juga berkata:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta riba akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam keadaan gila sebagai tanda bagi mereka agar diketahui para penghuni padang mahsyar lainnya kalau orang itu adalah orang yang makan harta riba.” (Lihat Al-Kaba’ir, Imam Adz-Dzahabi, hal. 53).
“Orang yang memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila lagi tercekik”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/40).
Imam Qatadah juga berkata:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta riba akan dibangkitkan pada hari Kiamat dalam keadaan gila sebagai tanda bagi mereka agar diketahui para penghuni padang mahsyar lainnya kalau orang itu adalah orang yang makan harta riba.” (Lihat Al-Kaba’ir, Imam Adz-Dzahabi, hal. 53).
Dalam Shahih Al-Bukhari dikisahkan, bahwasanya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bermimpi didatangi dua orang laki-laki yang membawanya pergi sampai menjumpai sebuah sungai penuh darah yang di dalamnya ada seorang laki-laki dan di pinggir sungai tersebut ada seseorang yang di tangannya banyak bebatuan sambil menghadap ke pada orang yang berada di dalam sungai tadi. Apabila orang yang berada di dalam sungai hendak keluar, maka mulutnya diisi batu oleh orang tersebut sehingga menjadikan dia kembali ke tempatnya semula di dalam sungai. Akhirnya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bertanya kepada dua orang yang membawanya pergi, maka dikatakan kepada beliau: “Orang yang engkau saksikan di dalam sungai tadi adalah orang yang memakan harta riba.” (Fathul Bari, 3/321-322).
Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia… inilah siksa yang Allah berikan kepada orang-orang yang suka makan riba, bahkan dalam riwayat yang shahih, sahabat Jabir Radhiallaahu anhu mengatakan:
لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ n آكِلَ الرِّبَا وَمُوْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ، وَقَالَ: هُمْ سَوَاءٌ.
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makan riba, penulisnya dan kedua orang yang memberikan persaksian, dan beliau bersabda: “Mereka itu sama”. (HR. Muslim, no. 1598).
Semaraknya praktek riba selama ini tidak lepas dari propaganda musuh-musuh Islam yang menjadikan umat Islam lebih senang untuk menyimpan uangnya di bank-bank, lebih-lebih dengan semaraknya kasus-kasus pencurian dan perampokan serta berbagai adegan kekerasan yang semakin merajalela. Bahkan sistem simpan pinjam dengan bunga pun sudah dianggap biasa dan menjadi satu hal yang mustahil bila harus dilepaskan dari perbankan. Umat tidak lagi memperhatikan mana yang halal dan mana yang haram. Riba dianggap sama dengan jual beli yang diperbolehkan menurut syari’at Islam. Kini kita saksikan, gara-gara bunga berapa banyak orang yang semula hidup bahagia pada akhirnya menderita tercekik dengan bunga yang ada. Musibah dan bencana telah meresahkan masyarakat, karena Allah yang menurunkan hukumNya atas manusia telah mengizinkan malapetaka atas suatu kaum jika kemaksiatan dan kedurhakaan telah merejalela di dalamnya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Abu Ya’la dan isnadnya jayyid, bahwasannya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
مَا ظَهَرَ فِيْ قَوْمٍ الزِّنَى وَالرِّبَا إِلاَّ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عِقَابَ اللهِ.
“Tidaklah perbuatan zina dan riba itu nampak pada suatu kaum, kecuali telah mereka halalkan sendiri siksa Allah atas diri mereka.” (Lihat Majma’Az-Zawaid, Imam Al-Haitsami, 4/131).
Dan dari bencana yang ditimbulkan karena memakan riba tidak saja hanya sampai di sini, bahkan telah menjadikan hubungan seorang hamba dengan Rabbnya semakin dangkal yang tidak lain dikarenakan perutnya yang telah dipadati benda-benda haram. Sehingga nasi yang dimakannya menjadi haram, pakaian yang dikenakannya menjadi haram, motor yang dikendarainya pun haram, dan barang-barang perkakas di rumahnya pun menjadi haram, bahkan ASI yang diminum oleh si kecil pun menjadi haram. Kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin do’a yang dipanjatkan kepada Allah akan dikabulkan jika seluruh harta dan makanan yang ada dirumahnya ternyata bersumber dari hasil praktek riba.
Sebenarnya praktek riba pada awal mulanya adalah perilaku dan tabi’at orang-orang Yahudi dalam mencari nafkah dan mata pencaharian hidup mereka. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha untuk menularkan penyakit ini ke dalam tubuh umat Islam melalui bank-bank yang telah banyak tersebar. Mereka jadikan umat ini khawatir untuk menyimpan uang di rumahnya sendiri seiring disajikannya adegan-adegan kekerasan yang menakutkan masyarakat lewat jalur televisi dan media-media massa lainnya, sehingga umatpun bergegas mendepositokan uangnya di bank-bank milik mereka yang mengakibatkan keuntungan yang besar lagi berlipat ganda bagi mereka, menghimpun dana demi melancarkan rencana-rencana jahat zionis dan acara-acara kristiani lainnya. Mereka banyak membantai umat Islam, namun diam-diam tanpa disadari di antara kita telah ada yang membantu mereka membantai saudara-saudara kita semuslim dengan mendepositokan uang kita di bank-bank mereka.
Dalam firmanNya Allah Subhannahu wa Ta'ala menegaskan:
“Dan disebabkan mereka (orang-orang Yahudi) memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka siksa yang pedih”. (QS. An-Nisa’: 161).
“Dan disebabkan mereka (orang-orang Yahudi) memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka siksa yang pedih”. (QS. An-Nisa’: 161).
Lalu pantaskah bila umat Islam mengikuti pola hidup suatu kaum yang Allah pernah mengutuknya menjadi kera dan babi, sedangkan Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab (Yahudi dan Nashrani), niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah kamu beriman.” (QS. Ali Imran: 100).
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab (Yahudi dan Nashrani), niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah kamu beriman.” (QS. Ali Imran: 100).
Semoga Allah senantiasa menunjukkan kita kepada jalanNya yang lurus, yang telah ditempuh oleh para pendahulu kita dari generasi salafush-shalih.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ.
Dalam khutbah kedua ini, setelah kita menyadari realitas yang ada, marilah kita sering-sering beristighfar kepada Allah, karena tidak ada obat penyembuh dari kesalahan dan kedurhakaan yang telah kita lakukan kecuali hanya dengan mengakui segala dosa kita lalu beristighfar memohon ampun kepada Allah dan untuk tidak mengulanginya kembali sambil beramal shalih menjalankan ketaatan unukNya, sebagaimana yang dikatakan Nabi Hud Alaihissalam kepada kaumnya:
“Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52).
Pada penutup khutbah ini, marilah kita memunajatkan do’a kepada Allah sebagai bukti bahwasanya kita ini fakir di hadapan Allah Subhannahu wa Ta'ala .
“Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52).
Pada penutup khutbah ini, marilah kita memunajatkan do’a kepada Allah sebagai bukti bahwasanya kita ini fakir di hadapan Allah Subhannahu wa Ta'ala .
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا مُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
Akibat Dari Kemaksiatan Yang Diremehkan
Ibadallah!
Pertemuan kita pada hari ini, dimana kaum muslimin menampakkan syiar mereka yang terbesar setelah Iedul Fitri dan Iedul Adha, mereka berkumpul di dalam masjid-masjid untuk beribadah dan berdzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala
Semua itu telah mengingatkan kita, kepada abad-abad kejayaan Islam. Dimana kaum muslimin berada dalam bimbingan sebuah khilafah. Dimana kaum muslimin memegang peranan. Dunia dari batas timur dan barat menaruh hormat kepada agama kita. Kaum muslimin menjadi orang-orang yang mulia, mempunyai izah dan harga diri, penuh karamah dan siyadah, dinaungi oleh garis-garis besar haluan Al-Qur’an dan Sunnah. Kehidupan para pemimpinnya tunduk dan hormat kepada keputusan ulama, ulamanya patut menjadi Panutan. Rakyat pun bahagia, santosa dan sejahtera, damai tentram lahir dan batin. Mendapatkan segala haknya sebagai rakyat, mulai dari hak pelayanan, hak mendapatkan pendidikan, rasa aman, keadilan, dan mengungkapkan pendapat dan nasehat kepada sang pemimpin.
Semua itu mengingatkan abad-abad di mana orang ahlu dzimmah (selain Islam yang hidup di negeri Islam) tunduk dan hormat kepada setiap muslim, tunduk dan taat kepada hukum dan tatanan muamalat Islam. Tak seorang pun dari mereka yang berani mengangkat bahu dan wajahnya. Mereka wajib membayar jizyah, dengan jaminan penuh berupa rasa aman, bebas menjalankan peribadatan mereka di tempat-tempat peribadatan mereka.
Akan tetapi ya ma’asyiral muslimin, semua itu hanya tinggal kenangan, di sana sini Ummat Islam dibantai, disiksa, diusir dibikin lapar setengah mati, semuapun diam tanpa basa-basi, kalau dahulu kita dapat melarang ahlu dzimmah dari berlatih kuda, maka pada hari ini, abad ini, mereka telah menaiki kepala-kepala kita, yang dahulu mereka dapat hidup nyaman di negeri kita, sekarang merekalah yang mencabik-cabik tubuh kita di pelbagai belahan dunia, ditetangga kita, di dekat kita, bahkan mungkin di depan mata kita dan kitapun hanya bisa diam!
Berapa banyak orang yang berani berpura-pura masuk Islam, kemudian menikahi anak kita, akhwat kita, kemudian ternyata bulan madupun berubah menjadi bulan racun yang mematikan!!
Kurang puas dari itu semua ... dipaksalah anak kita, akhwat kita untuk murtad dari agamanya, dipaksalah ia untuk menjadi seorang pelacur murahan, menjual murah harga diri dan kehormatannya!!
Segalanya terjadi tidak lain karena kita telah menjauhi ajaran Islam. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu maka baginya kehidupan yang sempit.”
Semuanya terjadi karena kita selalu berbuat maksiat, jauh dari tunduk dan taat kepada Allah. Karena harus kita akui bahwa Allah tiada akan menimpakan musibah kecuali karena adanya maksiat. Dan tak akan mencabutnya kembali kecuali dengan adanya taubat dan istighfar.
Kalau bukan karena maksiat kenapa Iblis dilaknat oleh Allah?! Dijauhkan dari rahmatNya, diusir dari Surga dan alam malakutNya, dijadikan lemah dan hina.
Allah berfirman:
“Keluarlah dari Surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat” (Al-Hijr: 34-35)
Kalau bukan karena maksiat apa sebabnya Allah menumpahkan air dari langit, memuntahkannya ke bumi. Hingga mereka umat Nabi Nuh yang kafir dan durhaka itu tenggelam dan binasa. Mati terkubur di dalam lumpur.
Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah diwaktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Penghampun lagi Maha Penyanyang.”
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada ditempat yang jauh terpencil. “ Hai anakku naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir.
Anaknya menjawab” Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!
Nuh berkata “ Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah saja yang Maha Penyanyang
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya: maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Hud: 41-43).
Kalau bukan karena maksiat lantas apa yang menyebabkan Allah menghancurkan kaum Nabi Hud Alaihissalam ditumpas habis tiada tersisa.
“Maka mereka mendustakan (Hud) lalu kami binasakan mereka karena sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (Asy-Syu’ara’: 139).
Kalau bukan karena maksiat, kenapa kaum Tsamud harus menelan mentah-mentah adzab yang sangat pedih?!
“Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, ‘Hai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus Allah’, karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (Al-A’raf: 77-78).
Kaumnya Nabi Luth pun hancur berkeping-keping karena maksiat pula tujuh kota hancur berantakan, mereka diangkat setinggi-tingginya ke atas langit dengan cepat lantas dibenturkan ke bumi sedang yang tadinya berada di atas berubah menjadi di bawah lantas dihujani bebatuan dari sijjil.
“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikan) dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar bertubi-tubi yang diberi tanda oleh Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zhalim.” (Hud: 82-83)
Negeri Fir’aun dilanda taufan kencang, hama belalang, tersebarnya kutu, merejalelanya kodok dan menyebarkan darah karena maksiat juga.
“Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.”
Kemudian karena mereka tidak merubah sikapnya dalam berbuat maksiat kepada Allah, maka lanjutnya:
Kemudian Kami menghukum mereka maka kami tenggelam-kan mereka dilaut disebabkan mendustakan ayat-ayat kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikannya. (Al-A’raf: 133 dan 136).
Bangsa Yahudi bertubi-tubi mendapatkan laknat dan adzab
Kadang mereka merasa puas setelah menyakiti NabiNya, bahkan mereka telah membunuh beberapa nabi, maka pantas sekali kalau Allah merubah mereka menjadi binatang yang paling keji didunia, mereka dirubah menjadi babi dan kera, karena tabiat mereka memang seperti babi dan kera, menjadikan tak tahu balas budi dan rakus, maka Allah mendatangkan kepada mereka bala tentara yang tidak mengasihi mereka, menghancurkan segala yang ada, mereka akan selalu terusir dan selamanya mereka tidak akan merasa tentram. Bahkan sampai akhir zamanpun selama mereka tidak merubah sikap dan bertaubat, maka murka Allah itu akan selalu berulang atas mereka.
Oleh karena itu ma’asyiral muslimin, segala musibah yang menimpa selama ini tidak lain karena ulah tangan manusia sendiri. Allah berfirman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41).
Karena ketidak adilan, karena korupsi, suap menyuap, narkoba yang selalu erat dengan perzinaan, pelacuran dan pencurian, karena riba, salah memilih pendidikan, karena ambisi, hasad, iri dan dengki, buruk sangka serta segala bentuk kemak-siatan yang lainnya. Oleh karena itu ketetapan Allah (sunnatulah) pasti berlaku sepanjang zaman.
Sunnatullah yang pertama:
“Barangsiapa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan kaffah, ridha, ikhlash dan tulus dalam meniti jalannya para salafus shalih, membekali dirinya dengan ilmu yang benar, niat yang kuat dan amal yang tepat, maka dialah yang akan menuai segala kebaikan, kemuliaan, kejayaan dan kemenangan.”
Sedang Sunnatullah yang kedua adalah:
“Barangsiapa yang meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengikuti trend orang-orang kafir, meninggalkan ilmu dan amal, pastilah menuai kehancuran, kekacauan, kenistaan dan kebinasaan, dimanapun dia berada. Oleh karena itu tiada jalan yang pas kecuali ajakan, seruan untuk kembali ke jalan Allah dan tiada jalan yang pas kecuali ajakan, seruan untuk kembali kejalan Allah dan Rasulnya, ajaran Allah dan Rasulnya, Bimbingan Allah dan Rasulnya. Agar kita bahagia, sentosa dan menjadi ummat yang berjaya!!!
Pertemuan kita pada hari ini, dimana kaum muslimin menampakkan syiar mereka yang terbesar setelah Iedul Fitri dan Iedul Adha, mereka berkumpul di dalam masjid-masjid untuk beribadah dan berdzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala
Semua itu telah mengingatkan kita, kepada abad-abad kejayaan Islam. Dimana kaum muslimin berada dalam bimbingan sebuah khilafah. Dimana kaum muslimin memegang peranan. Dunia dari batas timur dan barat menaruh hormat kepada agama kita. Kaum muslimin menjadi orang-orang yang mulia, mempunyai izah dan harga diri, penuh karamah dan siyadah, dinaungi oleh garis-garis besar haluan Al-Qur’an dan Sunnah. Kehidupan para pemimpinnya tunduk dan hormat kepada keputusan ulama, ulamanya patut menjadi Panutan. Rakyat pun bahagia, santosa dan sejahtera, damai tentram lahir dan batin. Mendapatkan segala haknya sebagai rakyat, mulai dari hak pelayanan, hak mendapatkan pendidikan, rasa aman, keadilan, dan mengungkapkan pendapat dan nasehat kepada sang pemimpin.
Semua itu mengingatkan abad-abad di mana orang ahlu dzimmah (selain Islam yang hidup di negeri Islam) tunduk dan hormat kepada setiap muslim, tunduk dan taat kepada hukum dan tatanan muamalat Islam. Tak seorang pun dari mereka yang berani mengangkat bahu dan wajahnya. Mereka wajib membayar jizyah, dengan jaminan penuh berupa rasa aman, bebas menjalankan peribadatan mereka di tempat-tempat peribadatan mereka.
Akan tetapi ya ma’asyiral muslimin, semua itu hanya tinggal kenangan, di sana sini Ummat Islam dibantai, disiksa, diusir dibikin lapar setengah mati, semuapun diam tanpa basa-basi, kalau dahulu kita dapat melarang ahlu dzimmah dari berlatih kuda, maka pada hari ini, abad ini, mereka telah menaiki kepala-kepala kita, yang dahulu mereka dapat hidup nyaman di negeri kita, sekarang merekalah yang mencabik-cabik tubuh kita di pelbagai belahan dunia, ditetangga kita, di dekat kita, bahkan mungkin di depan mata kita dan kitapun hanya bisa diam!
Berapa banyak orang yang berani berpura-pura masuk Islam, kemudian menikahi anak kita, akhwat kita, kemudian ternyata bulan madupun berubah menjadi bulan racun yang mematikan!!
Kurang puas dari itu semua ... dipaksalah anak kita, akhwat kita untuk murtad dari agamanya, dipaksalah ia untuk menjadi seorang pelacur murahan, menjual murah harga diri dan kehormatannya!!
Segalanya terjadi tidak lain karena kita telah menjauhi ajaran Islam. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu maka baginya kehidupan yang sempit.”
Semuanya terjadi karena kita selalu berbuat maksiat, jauh dari tunduk dan taat kepada Allah. Karena harus kita akui bahwa Allah tiada akan menimpakan musibah kecuali karena adanya maksiat. Dan tak akan mencabutnya kembali kecuali dengan adanya taubat dan istighfar.
Kalau bukan karena maksiat kenapa Iblis dilaknat oleh Allah?! Dijauhkan dari rahmatNya, diusir dari Surga dan alam malakutNya, dijadikan lemah dan hina.
Allah berfirman:
“Keluarlah dari Surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat” (Al-Hijr: 34-35)
Kalau bukan karena maksiat apa sebabnya Allah menumpahkan air dari langit, memuntahkannya ke bumi. Hingga mereka umat Nabi Nuh yang kafir dan durhaka itu tenggelam dan binasa. Mati terkubur di dalam lumpur.
Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah diwaktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Penghampun lagi Maha Penyanyang.”
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung, dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada ditempat yang jauh terpencil. “ Hai anakku naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang kafir.
Anaknya menjawab” Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!
Nuh berkata “ Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah saja yang Maha Penyanyang
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya: maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Hud: 41-43).
Kalau bukan karena maksiat lantas apa yang menyebabkan Allah menghancurkan kaum Nabi Hud Alaihissalam ditumpas habis tiada tersisa.
“Maka mereka mendustakan (Hud) lalu kami binasakan mereka karena sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (Asy-Syu’ara’: 139).
Kalau bukan karena maksiat, kenapa kaum Tsamud harus menelan mentah-mentah adzab yang sangat pedih?!
“Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, ‘Hai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus Allah’, karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (Al-A’raf: 77-78).
Kaumnya Nabi Luth pun hancur berkeping-keping karena maksiat pula tujuh kota hancur berantakan, mereka diangkat setinggi-tingginya ke atas langit dengan cepat lantas dibenturkan ke bumi sedang yang tadinya berada di atas berubah menjadi di bawah lantas dihujani bebatuan dari sijjil.
“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (kami balikan) dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar bertubi-tubi yang diberi tanda oleh Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zhalim.” (Hud: 82-83)
Negeri Fir’aun dilanda taufan kencang, hama belalang, tersebarnya kutu, merejalelanya kodok dan menyebarkan darah karena maksiat juga.
“Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.”
Kemudian karena mereka tidak merubah sikapnya dalam berbuat maksiat kepada Allah, maka lanjutnya:
Kemudian Kami menghukum mereka maka kami tenggelam-kan mereka dilaut disebabkan mendustakan ayat-ayat kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikannya. (Al-A’raf: 133 dan 136).
Bangsa Yahudi bertubi-tubi mendapatkan laknat dan adzab
Kadang mereka merasa puas setelah menyakiti NabiNya, bahkan mereka telah membunuh beberapa nabi, maka pantas sekali kalau Allah merubah mereka menjadi binatang yang paling keji didunia, mereka dirubah menjadi babi dan kera, karena tabiat mereka memang seperti babi dan kera, menjadikan tak tahu balas budi dan rakus, maka Allah mendatangkan kepada mereka bala tentara yang tidak mengasihi mereka, menghancurkan segala yang ada, mereka akan selalu terusir dan selamanya mereka tidak akan merasa tentram. Bahkan sampai akhir zamanpun selama mereka tidak merubah sikap dan bertaubat, maka murka Allah itu akan selalu berulang atas mereka.
Oleh karena itu ma’asyiral muslimin, segala musibah yang menimpa selama ini tidak lain karena ulah tangan manusia sendiri. Allah berfirman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41).
Karena ketidak adilan, karena korupsi, suap menyuap, narkoba yang selalu erat dengan perzinaan, pelacuran dan pencurian, karena riba, salah memilih pendidikan, karena ambisi, hasad, iri dan dengki, buruk sangka serta segala bentuk kemak-siatan yang lainnya. Oleh karena itu ketetapan Allah (sunnatulah) pasti berlaku sepanjang zaman.
Sunnatullah yang pertama:
“Barangsiapa berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan kaffah, ridha, ikhlash dan tulus dalam meniti jalannya para salafus shalih, membekali dirinya dengan ilmu yang benar, niat yang kuat dan amal yang tepat, maka dialah yang akan menuai segala kebaikan, kemuliaan, kejayaan dan kemenangan.”
Sedang Sunnatullah yang kedua adalah:
“Barangsiapa yang meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengikuti trend orang-orang kafir, meninggalkan ilmu dan amal, pastilah menuai kehancuran, kekacauan, kenistaan dan kebinasaan, dimanapun dia berada. Oleh karena itu tiada jalan yang pas kecuali ajakan, seruan untuk kembali ke jalan Allah dan tiada jalan yang pas kecuali ajakan, seruan untuk kembali kejalan Allah dan Rasulnya, ajaran Allah dan Rasulnya, Bimbingan Allah dan Rasulnya. Agar kita bahagia, sentosa dan menjadi ummat yang berjaya!!!
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ مُعِيْدِ الْجَمْعِ وَاْلأَعْيَادِ، وَمُبِيْدِ اْلأُمَمِ وَاْلأَجْنَادِ وَجَامِعِ النَّاسِ بَعْدَ الرَّقَابِ، إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيْعَادَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلاَ نِدَّ وَلاَ مُضَادَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَفَضِّلَةُ عَلَى جَمِيْعِ الْعِبَادِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan kita, marilah kita selalu mensyukuri nikmat karena dengan taqwa dan syukur akan terbentang jalan keselamatan untuk kita, serta agar selalu berdo’a semoga Allah selalu melimpahkan kepada kita kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat. Amin
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ.
Bacaan Khutbah Pertama :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اْلأَكْبَرِ، خَلَقَ الْكَوْنَ وَدَبَّرَ، خَلَقَ اْلإِنْسَانَ ثُمَّ أَمَاتَهُ ثُمَّ أَقْبَرَ، وَأَرْسَلَ الرُّسُلَ وَأَخْبَرَ، وَأَنْزَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ فِيْهِ الْعِظَاتُ وَالْعِبَرُ، فَهَدَى وَأَحَلَّ وَأَمَرَ، وَنَهَى وَحَرَّمَ وَزَجَرَ، فَقَالَ فِيْ سُوْرَةَ الْكَوْثَرِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا مَسَّ سَقَرَ. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. وَمَآأَمْرُنَآ إِلاَّ وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar